Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 09 April 2016

PUNYA MASALAH? STOP! JANGAN MENYESAL ITU TANDANYA KAMU ORANG YANG “HOKI”.




Masalah, Sesuatu yang mendengarnya saja kita sudah malas.

Mindset Kita Tentang Masalah
            Apa yang terpikir dalam benak kita ketika mendengar kata masalah? Mungkin, kamu langsung berpikir tentang kasus, kondisi buruk, kesialan, kegagalan dan seluruh stigma negative lainnya. Atau justru kita juga berpikir untuk menghindar, membuang, jangan mencarinya, serta berusaha melupakannya? Hal ini wajar ada dalam pikiran, karena pada dasarnya tertanam dalam pikiran bahwa kita mencari hidup yang bahagia, mencari hidup yang penuh kedamaian, dan penuh dengan kesenangan. Semua itu seolah menandaskan bahwa hidup yang demikian adalah “hidup yang tidak bermasalah”.
            Ketika mendengar lontaran kata “waduh siap-siap sengsara kamu, masalah ini” atau ucapan “kamu kok cemberut, pasti sedang ada masalah ya?” seolah artinya masalah selalu menimbulkan kesedihan dan menghadapkan kita pada hidup yang penuh dengan kemuraman. Padahal jika kita sadari, berapa besar kemungkinan ada manusia di dunia ini yang tidak punya masalah? Saya pikir hanya 1 X 10-1000000000000 % orang yang tidak memiliki masalah (alias nyaris TIDAK ADA, ya kalau ada ya pasti mereka yang sudah tidak lagi menjadikan hidup sebagai masalah atau dengan kata lain memiliki gangguan/sakit jiwa yang parah—insanity). Jadi, jika kita memiliki masalah kenapa mesti khawatir, toh bermiliar penduduk bumi yang lain juga memiliki masalah bukan? Bukan hanya kamu satu-satunya, ya gak?
            Lalu sebenarnya apa sih masalah itu? kalau kita melirik-lirik KBI, masalah diartikan dengan soal; persoalan; sesuatu yg harus diselesaikan (dipecahkan) (2008: 991). Jadi KBI melihat masalah sebagi sesuatu yang harus diselesaikan (kalau dipecahkan rasanya gimana gitu, soalnya nanti kalau pecah makin banyak tuh masalah, hehe). Cambridge (2009) melihat masalah (problem) sebagai a situation, person or thing that needs attention and needs to be dealt with or solved (satu situasi, orang, atau hal yang perlu perhatian perlu dihadapi atau diselesaikan). Nampaknya Cambridge dan KBI sepakat melihat masalah sebagai sesuatu yang harus diselesaikan. Lah ko berlawanan dengan pendapat penulis yang mengatakan masalah membawa keuntungan? Eh jangan menyimpulkan terlalu dini (Prejudgment) gak baik lo, nanti infonya sepotong-sepotong Lo Wew.
Penulis juga sepakat lo kalau masalah harus dientaskan atau diselesaikan (bukan dipecahkan ya, hehe maksa Mode ON), namun sebelum diselesaikan mengelola masalah akan membawa banyak keuntungan. Namun yang perlu diluruskan dalam melihat masalah adalah, jangan merasa bahwa kamu adalah orang yang paling bermasalah (menurut anak kekinian “JANGAN ALAY”), please jangan sesekali mengklaim masalah adalah milik kamu seorang, nanti yang lain bisa gak kebagian lo, kasihan kan kalau gak kebagian. Yang kedua masalah bukan untuk dijadikan penghadang kamu, ingat masalah ada untuk dientaskan dan diselesaikan, kalau kamu menjadikan masalah sebagai suatu penghadang dan penghalang, artinya kamu sudah durhaka sama Kamus Bahasa Indonesia dan durhaka sama Cambridge, yang jelas-jelas mereka bilang masalah ada untuk diselesaikan, masih berani kamu nentang kamus? Yang ketiga masalah jangan lantas menjadikan hidup kamu bak gloomy Sunday tapi mari kita lihat sisi uniknya. Nah untuk point terkahir, penulis masih akan jelaskan dalam 6 SKS ya hehe. Jadi sabar untuk terus membaca tulisan ini sampai akhir (INGAT, orang sabar jidatnya lebar. Eh salah orang sabar disayang pacar, hehe).


Mari Berinvestasi dengan Maslah, makin banyak maslah makin untung.
Kamu banyak masalah, berarti kamu orang yang “HOKI” alias beruntung.
Sebelum kita membahas kenapa masalah membawa keberuntungan. Penulis memiliki satu kutipan tentang kondisi insanity yang sebelumnya sedikit disinggung di atas (Coba di intip paragraph 2). Pengertian ‘Gila’ dalam Kacamata Psikologi Klinis Gila (insanity) merupakan istilah hukum yang mengidentifikasi bahwa individu secara mental tidak mampu mengelola masalah-masalahnya atau melihat konsekuensi-konsekuensi dari tindakan-tindakannya. Istilah ini merujuk pada gangguan mental yang serius. Terutama penggunaan istilah ini bersangkutan dengan pantas tidaknya seseorang yang melakukan tindak pidana dihukum atau tidak. (Wiramihardja: 2009).
Nah kenapa penulis memaparkan ini terlebih dahulu? Penulis sudah menyinggung bukan bahwa kalau manusia tidak lagi memiliki masalah atau tidak mampu mengelolanya ia berarti tergolong sebagai orang yang insanity atau gila dalam istilah awam (lihat bagian yang di bold, itu kata ahli lo ya). Masalah ini hadir sebagai test secara berkala kamu masih sehat gak mentalnya. Lah kalau kamu merasa gak punya masalah terus dalam jangka waktu lama, waduh harus mulai waspada itu, berarti kamu sudah lama tidak dicek kondis mentalnya tuh. Ini KEUNTUNGAN YANG PERTAMA dari masslah ya. Masalah = Test kesehatan mental gratis secara berkala, semakin sering kamu punya masalah semakin rutin deh kesehatan mental kamu di cek. Semakin kamu sering menyelesaikan masalah, semakin menandakan kamu orang yang sehat secara mental ya. Dengan begitu masalah sekarang harus dilihat sebagai sebuah karunia dari Tuhan. Ko Karunia sih? Ya iyalah kan masalah bahan test gratisan dari tuhan untuk cek kondisi mental kamu, GRATISAN bukannya itu yang kita selalu cari. Bayangkan kalau kamu terus merasa gak punya masalah, kamu kudu segera periksa ke ahli mental lo (berapa coba biayanya kalau kamu periksa ke pakar atau ahli mental, yang jelas bukan hanya RP. 500 atau Rp. 1000 Saja kan?).
Maslah adalah Test Gratis, dari Tuhan untuk Kita.
 Keuntungan berlipat lainnya jika kamu berinvestasi dengan sering bermasalah (walah kaya promosi dan jualan masalah ini haha) adalah kamu akan terus mengembangkan kecerdasan kamu. Kamu selalu beroda bukan untuk minta kecerdasan? Ngaku deh mulai dari SD bahkan TK atau bahkan dari kamu masih di dalam kandungan sampai dengan sekarang orang terdekat kita dan bahkan kamu sendiri selalu berharap agar Tuhan memberikan kecerdasan, nah sebagai jawaban Tuhan kasih deh kamu masalah supaya kamu cerdas. Bentar, bentar, bentar, apa hubungannya masalah dengan kecerdasan? Penulis suka mengada-ada nih? Eh siapa bilang mengada-ada, ini CIUS Lo.
Jika punya masalah secara otomatis kita akan berusaha untuk menyelesaikan masalah itu (ini kalau yang normal ya, kalau yang insanity penulis gak bahas lo ya). Om Freud sang pakar Psikoanalisa bilang bahwa diri kita pada dasarnya memiliki insting. Tubuh kita, (termasuk didalmnya kondisi mental) menuntut keadaan yang seimbang terus menerus. Tujuan insting ya memang mencari keadaan yang seimbang pada tubuh (Alwisol, 2014:14), sehingga insting orang normal ketika memiliki masalah tentu saja kembali keadaan seimbang seperti sebelum ia memiliki masalah, alias berusaha mencari solusi atas masalah. Pusing dengan penjelasannya? Singkatnya begini deh, kamu normal? (Jawab Ya, jangan diam saja) kalau ya, lalu kamu dihadapkan dengan satu masalah, kamu secara otomastis sebagai manusia normal akan berusaha menyelesaikan masalah tersebut, ya karena memang insting manusia normal begitu adanaya, mencari kondisi seimbang supaya tidak memiliki masalah.
Nah ini dia point pentingnya, ketika kamu memiliki masalah, kamu akan berusaha mencari penyelesaian masalah tersebut. Dan ketika kamu mencari penyelesaian, disini kecerdasan kita bekerja. Bukan hanya kecerdasan secara kognitif, namun juga secara afektif, dan psikomotorik. Sebut saja kamu punya masalah dengan orang tua dimana kamu ingin beli HP baru (padahal seminggu lalu kamu baru beli HP), disana pasti selaku manusia normal kamu akan mencari solusi bagaiaman agar masalah kamu ini bisa diselesaikan. Ya secara kognitif, kamu mungkin memikirkan bagaimana merancang kata, membangun suasana atau mencari hadiah yang paling disenangi orang tua kamu (dalam rangka pendekatan). Lalu kamu mengelola perasaan kamu supaya bisa meyakinkan bahwa kamu butuh HP yang jadi incaran kamu, kamu menunjukan perasaan berharap, perasaan percaya diri, mengelola keberanian, dan berbagai perasaan lainnya. Lah kamu juga pada saat yang sama mengembangkan berbagai kondisi tubuh kamu untuk bergerak dan mengelola perilaku yang memang tidak membuat orang tuamu curiga atau kehilangan feel (bahaya kalau kehilangan feel, yang ada kamu disemprot duluan kan). Nah disanalah kecerdasan kamu di kelola. Contoh tadi hanya CONTOH, bukan untuk di uji coba di rumah ya hehe.
Ketika kita dihadapkan dengan masalah otak kita berpikir, emosi kita dikelola, dan perilaku kita dikontrol. Jika semuanya berjalan dengan baik berarti kamu lulus test (Ingat Masalah = Test kesehatan mental). Namun jika tidak you are failure. Berjalan dengan baik tidak harus kamu goal ya dalam setiap keinginan yang kamu anggap masalah. Namun lulus test dalam arti terselesaikan masalaha dapat berupa kesadaran kamu akan pandangan baru tentang masalah tersebut. Misalnya dalam masalah HP tadi, terselesaikan bukan berarti jika dan hanya jika kamu dapat HP baru, namun juga bisa berupa kamu memiliki kesadaran bahwa HP yang kamu miliki juga belum terlalu buruk dan kamu masih bisa optimalkan pemakainannya (yaiyalah kan baru semingu dibeli). Jadi ingat masalah membawa KEUNTUNGAN KEDUA berupa pengelolaan berbagai kecerdasan dalam diri.
Karena Masalah, aku Semkain Cerdas.
Masalah yang kita hadapi juga ternyata membawa keuntungan lain, yaitu kita belajar untuk lebih dewasa. Kamu sering risih kan jika kamu masih dianggap sebagai anak-anak, bahkan kamu sering mendeklarasikan diri dengan kata-kata “AKU SUDAH DEWASA MAM”, sebagai upaya kamu meyakinkan bahwa ankanya ini sudah dewasa lo. Nah deklarasai semacam itu ternyata tidak terlalu efektif Friends. Coba kamu sendiri bayangkan ada dua teman kamu yang satu bilang bahwa dia bisa naik motor, eh nyatanya pas jalan langsung guling-guling cowboy, dan teman satu lagi tidak bilang apa-apa namun dia menjalankan motor dan menunjukan bahwa dia memang  bisa membawa motor, mana yang akan kamu percayai? Yang kedua bukan, begitupun orang tuamu Friends, percuma jika kita bilang bahwa kita SUDAH DEWASA kalau nyatanya dalam pandangan orang tua kita, kita masih belum mampu menyelesaikan masalah sendiri.
Mana mungkin, orang tua mau percaya kita sudah dewasa, kalau kamu mau berangkat ngampus atau sekolah, kamu masih tanya dimana kaos kakimu, dimana bukumu, dimana tasmu. Lah yang kuliah/sekolah siapa sih, Mamah kamu? Hal-hal sepele seperti itu juga masalah loh friends, masalah sehari-hari (daily problems). Yang sepele seperti itu aja kamu bingung, lah bagaiamna orang tua percaya kepada kamu untuk menyelesaikan masalah kehidupan yang lebih besar yang mungkin menghadang seperti badai berhalilintar ditengah malam yang gelap gulita sunyi sepi sendiri (HAITS GUBRAK). Dengan masalah kita diajarkan untuk lebih bersikap dewasa, untuk belajar mengelola konflik, untuk belajar memanajemen diri, dan juga belajar menngontrol diri. Ketika kamu punya masalah, harusnya kita langsung senang, karena kita memiliki kesempatan untuk menunjukan bahwa aku sudah dewasa. Ini KEUNTUNGAN KETIGA dari masalah.
STOP katakan "AKU SUDAH DEWASA", Cukup buktikan saja.
KEUNTUNGAN KEEMPAT sebagai tambahan point adalah dengan masalah kita jauh lebih dapat bersyukur atas segala keadaan dan nikmat yang kita dapat dari Tuhan. Kamu tentu pernah mendengar bahwa setelah badai berlalu, hari yang cerah atau pelangi yang indah siap menanti kamu. Nah itu ibarat hidup dengan masalah Friends, setelah masalah usai dan kamu bisa menyelesaikannya maka kebahagiaan siap menanti kamu. Coba kamu ingat deh, kamu tentu pernah punya masalah dengan teman ya gak? Namun sadar atau tidak, setelah kita menyelesaikannya dengan baik, kamu akan jauh lebih akrab denga teman kita itu. Teman kamu bahkan akan mengatakan kita sudah melalui senang, sedih, kita sudah belajar saling memahami, saling mengerti, kita belajar mengalah dan menerima satu sama lain jadi dia akhirnya menyimpulkan You are my best friend”. So, inilah keuntungan dari masalah, kamu jauh akan merasakan sesuatu lebih berharga jika kamu pernah memiliki something wrong sebelumnya. Kenikmatannya berganda kalau orang bilang hehe. Kita tahu arti senyuman begitu nikmat karena kita tahu rasanya kesedihan dalam tangisan. Kita tahu indahnya pertemanan karena kita pernah meraskan betapa tidak nikmatnya kesendirian. So kenapa harus takut untuk bermasalah, (Tapi ya jangan juga minta banyak masalah dalam DOA hehe, takut dikasih banyak lalu GUMOH). 
Alhamdulillah, Aku Punya Masalah.
Segitu aja dulu ya keuntungannya masalah bagi hidup kita, ya kalau dijabarin nanti SKS nya bisa nambah 6 SKS lagi hehe. Intinya dibalik masalah masih ada sisi positif yang kita bisa dapatkan, tinggal kamu jeli kaya CONAN untuk melihat sesuatu hikmah dibalik masalah. Masalah harus dijadikan sebagai sarana perbaikan diri, ya itung-itung test berkala dan service mental gratis lah ya. Kita jangan berlarut-larut dalam masalah kalau kamu memang merasa tidak dapat mengentaskannya sendiri, KONSELOR SIAP MEMBANTU KAMU. KAMU BERMASALAH, KONSELOR adalah SAHABAT TERBAIK. Yang penting kita jangan sampai gagal dalam menghadapi maslah, kita harus survive dan melewatinya dengan elegan. So mari kita semangat kawan, apapun masalahnya kita teriakan “MASALAH, NO PROBLEM” (kalau diartikan lucu, masalah, tidak masalah, hihi) , ya gak Friends. (A. Yunus- BK UHAMKA- Jakarta: onlyayus@gmail.com).

Refrensi:
Tim Penyususn Pusat Bahasa. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Cambridge. 2009. Cambridge Advanced Learner’s Dictionary.  Singapore: Cambridge University Press.
Wiramihardja, Sutardjo. 2009. Pengantar Psikologi Klinis (Edisi Revisi). Bandung: Refika Aditama
Alwisol. 2014. Psikologi Kepribadian Eds. Revisi. Malang: UMM Press.
Ibrahim, Marwah Daud. 2003. Mengelola Hidup merencanakan Masa Depan. Jakarta: MHMD Production.