Memandang Remaja dari consensus
Psikologi perkembangan.
Salah satu jenjang pendidikan pada
sistem pendidikan nasional adalah jenjang SMA sederajat. Adapun jenisnya
meliputi SMA, SMK, MA, MAK serta beberapa variant lain misalnya SMAK, SMA IT
dan sebagainya. Mereka yang berada di jenjang ini pada umunya adalah mereka
yang berusia 16 – 19 tahun. Usia ini jika dilihat dari Psikologi Perkembangan
berada pada usia remaja akhir menuju dewasa awal. Hvighurst dalam F.J Monk dkk
(2002: 24), menjelaskan bahwa tugas perkembangn remaja diantaranya adalah untuk
persiapan mandiri secara ekonomis, pemilihan dan latihan jabatan. Artinya remaja
harus sudah disipkan untuk mengoptimalkan potensi mereka demi mempersiapkan karier
yang sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya.
Achmad Juntika (2010: 42-43) menjelaskan
bahwa setidaknya ada sebelas kebutuhan peserta didik menengah atas yag
didasarkan pada analisis tingkat pencapain tugas-tugas perkembangan dan
lingkungan perkembangannya. Dua diantara kebuthan yang ada ialah kemampuan
untuk mengembangkan jiwa wirausaha dan kemampuan untuk mengarahkan potensinya
sesuai dengan cita-cita pekerjaannya. Bagi orang dewasa dunia karier dan dunia
kerja adalah suatu keniscayaan. Mereka harus berusah memenuhi kebutuhannya
dengan usah mereka sendiri. Mereka juga dituntut untuk mandiri secara finansial
oleh keluarga dan masyarakat. Bagi orang dewasa, bekerja merukan suatu kebuuhan
yang tidk dapat dipungkiri. Dengan berkarier merek diakui eksitensi dan
kedewasaanya di mata masyarakat dan keluaraga.
Arus globalisasi membawa dampak yang
sangat luas termasuk kedalam dunia kerja. Pilihan karier semakin bergam, jenis,
bentuk dan prosedurnya semakin banyak. Namun diasamping itu, persaingan dan
kompetensi yang sehat tidak dapat dipungkiri lagi semakin keras dirasakan.
Manusia terutama mereka yang sedang berada di tahap perisiapan yang tentu dalm
hal ini adalah remaja akhir dituntut untuk bisa mempersiapkan diri dengan baik.
Pemahaman dan persiapan karier sebaik-baiknya mejnjadi salah satu modal yang
mampu memberikan pembekalan agar dapt berjuang di dunia kerja nantinya.
W.S Winkel dan M.M Sri Hastuti (2013:
645-647) mengungkapkan bahwa ada faktor-faktor pokok dalam perkembangan karier,
faktor tersebut ialah:
- Perkembangan karier adalah suatu proses yang terkait secara sosiala, artinya perkembangan ini ikut dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan, kondisi ekonomi, kondisi geografis, status kesukuan, status jenis kelamin, dan satus kelompok social (social class membership).
- Perkembangan karier bercirikan perubahan. Perubahan ini meliputi perubahan yang terjadi di dalm diri individu maupun perubahan yang terjadi di luar diri individu.
- Pilihan karier kerap disertai rasa gelisah dan takut, jangn-jangna dibuat pilihan yang salah.
- Terdapat berbagai indikasi bahwa perkembangan karier berlangsung seacar bertahap dan terjadi pergeseran dalam preferensi. Dari memilih golongan jabatan yang berlingkup luas ke memilih jabatan tertentu.
- Orang berbeda-beda dalam kemampuan, minat, bakat dan sifat-sifat kepribadian, serta mereka memiliki konstelasi kualifikasi yang memungkinkan mmegang sejumlah jabatan.
- Terdapat interaksi antar faktor-faktor internal pada individu sendiri dan faktor-faktor eksternal di luar individu, yang bersifat sangat kompleks.
Setelah memahami dan mengetahui berbagai
factor diatas, kita dapat menarik pemahaman mengenai implikasi-implikasi
mengenai karier bagi bimbingan dan konseling di institusi pendidikan khusunya
sekolah menengah atas. Implikasi tersebut menurut W.S Winkel dan MM Sri Hastuti
(2013: 656-658) meliputi hal-hal berikut ini:
1.Perkembangan
karier merupakan salah satu segi dari keseluruhan proses perkembangan orang
mudadan pilihan yang menyangkut jabatan di masa depan berlangsung selaras
dengan perkembangan karier.
2. Pilihan
jabatan tidak dibuat sekali saja dan tidak definitive dengan sekali memeilih
saja.
3.Konseling
karier, yang berlangsung dalam pertemuan pribadi antara konselor dan konseli
dan kerap terfokuskan pada permasalahan mengenai pilihan program studi dan/atau
pilihan jabatan, akan berlangsung lebih lancer bilamana orang muda telah
disiapkan melalui bimbingan karier secara kelompok untuk menghadapi saat-saat
harus suatu pilihan dinatar beberapa alternatife.
4. Pendekatan karier dan bimbingan karier tidak
dapat dilepaskan dari gaya hidup yang dicita-citakan oleh orang muda bagi
dirinya sendiri.
Bimbingan dan konseling yang
diselenggarakan tentu harus mampu mewujudkan berbagai kebutuhan seperti
yangtelah dikemukakan diatas. Bimbingan dan konseling harus direncanakan dengan
matang dan dilaksanakan dengan memperhatikan konsep manajerial layanan. Tujuan
bimbingan harus jelas dan terarah. Tujuan bimbingan di SLTA menurut Achmad
Juntika N. (2010: 43-44) yang berkaitan dengan pencapaian karier dan kehidupan
berekonomi adalah
1. Mempersiapkan
kearah kemandirian ekonomi, yaitu penuh perhitungan dalam membeli sesuatu,
berusaha untuk menabung, membantu pekerjaan orang tua, berusaha agar studi
tepat pada waktunya, memilih kegiatan ekstrakulikulur yang nantinya dapat
menghasilkan nafkah;
2. Memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan,
yaitu mampu memilih jurusan yang sesuai dengan cita-cita pekerjaannya, mampu
memilih kegiatan ekstrakulikuler yang akan mendukung terhadap cita-cita
pekerjaannya, memahami program studi yang ada di perguruan tinggi yang sesuai
dengan cita-cita pekerjaanya, memahami jenis kurusus yang akan mendukung
cita-cita pekerjaanya, serta memahami syarat-syarat yang diperlukan untuk
pekerjaan yang dicita-citakannya.
Bidang isi bimbingan dan konseling karier
Untuk
memahami konseling karier, mungkin kita harus mempehatiakan pendekatan yang
diusulkan oleh parson 1990. Ia menulis sebagai berikut:
Didalam pemilihan pekerjaan yang arif,
ada tiga factor.
- Pemahaman yang jelas tentang diri sendiri;
- Pengetahuan tentang syarat-syarat dan prospek di pelbagai maam jalur pekerjaan;
- Penalaran yang benar tentang hubungan Antara kedua kelompok fakta ini. (Robert Nathan dan Linda Hill, 2012)
Nuansa layanan diarahkan kearah
persiapan peserta didik untuk mencapai kemandirian secara ekonomi (mandiri
secara finansial), selain itu juga pesrta didik diberi pemahan untuk memilih
dan mempersiapkan diri terjun kedunia kerja. Layanan perencanaan individual
(konseling pribadi) dalam bidang karier membahas mengenai wacana/topic-topik
perencanaan pekerjaan, perncanaan jabatan, perencanaan kunjungan ke
perusahaan-perusahaan, dan perencanaan waktu luang untuk kegiatan yang
produktif. Konselor harus berusaha mampu menjaga keharmonisan antar cita-cita,
usaha dan tujuan karier dari siswa. Perkembangan karier harus disikapi dengan
bijaksan dan dengan penuh keyakinan bahwa dengan persiapan terbaik kesuksesan
semakin berpeluang besar dapat kita raih.
DAFTAR PUSTAKA
Monks, F.J., A.M.P
Knores, dan S. Rahayu Haditono. 2002. Psikologi Perkembangan: Pengantar
dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nathan, Robert dan
Linda Hill. 2012. Konseling Karier Terj. Helly Prajitno dkk Eds. Kedua.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nurihsan, Achmad Juntika. 2010. Bimbingan dan Konseling Dalam
Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.
Winkel, W.S, dan M.M
Sri Hastuti. 2013. Bimbingan dan Konselin; Di Institusi Pendidikan.
Yogyakarta: Media Abadi.
0 komentar:
Posting Komentar