Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 14 September 2014

Pentingya Bimbingnan dan Konseling Pada Setiap Latar Pendidikan


            Manusia sebagai khalifah Allah SWT dimuka bumi[1] dikarunia Allah berbagai potensi yang sangat banyak. Potensi itu misalnya berbagi potensi fisik, psikis, potensi kecerdasan dan lain sebgainya. Potensi itu berkembang seiring dengan perkembangan kehidupan manusia yang dinamis.     
Diantara berbagai usaha manusia untuk mengoptimalkan potensi tersebut ialah dengan meyelenggarakan proses pendidikan. Pendidikan ini di kemas dalam berbagai jalur, melalui berbagai jenis dan pada berbagai jenjang pendidikan. Hal ini terjadi karena memang pendidikan merupakan kebutuhan primer yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan berusaha mewujudkan manusia yang bermutu, yaitu manusia yang harmonis lahir dan batin, sehat jasmani dan rohani, bermoral, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi secra profesional, serta dinamis dan kreatif. Hal ini sesuai dengan visi dan misi pendidikan nasional.[2]
Pendidikan yang bermutu tidak hanya terbatas pada rentang tertentu dan hanya dikhususkan untuk golongan tertentu saja. Pendidikan yang bermutu tersebut harus mampu menjangkau seluruh kalangan usia. Hal ini yang kemudian mendorong pemerintah melalui kementrian pendidikan nasional untuk mencanangkan program penddikan untuk semua.
Pendidikan yang bermutu yang dimaksudkan diatas, bukanlah hanya terpaku pada ranah akademis dan intelektual saja. Jauh dari pada itu pendidikan yang bermutu harus mampu mewujudkan manusia yang dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya, serta mampu menjalin kecerdasan dan kematangan secara sosial, emosinal, dan spiritual.
Peserta didik di lingkungan pendidikan umunya adalah orang-orang yang sedang mengalami proses perkembangan yang memiliki karakteristik, kebutuhan, dan tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhinya.[3] Proses itu tidak sama anatara peserta didik yang satu dengan yang lainnya. Proses yang berlangsung terjadi sangat beragam, dan bisa dikatakan sebagai proses yang unik antara berbagai orang. Tidak semua orang dapat melalui proses itu dengan lancar, ada diantara peserta didik yang mengalami hambatan dan gangguan dalam proses yang dilalauinya. Mereka yang mengalami hambatan perlu mendapatkan bimbingan dari seorang ahli. Pelaksana utama pelayanan bimbingna dan konseling adalah guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor.[4] Konselor idelanya hadir pada seluruh jenjang pendidikan dimulai dari SD/MI/SDLB sampai jenjang perguruan tinggi. Jauh dari pada itu konselor harusnya hadir juga pada jenjang pendidikan usia dini. Hal ini didasrkan pada asumsi bahwa tugas perkembangan pada setiap tahapan adalah unik, dan perlu dipahami serta dicapai dengan baik. Bahkan seorang tokoh yaitu Erikson Salomonsen berpandangan bahwa perkembangan harus dibimbing pada seluruh tahapan yang ada. Sedangkan ia menggambarkan bahwa tahapan itu berlangsung sepanjang hayat (Life Span Perspective).[5] Hal ini secara tidak langsung mengisyaratkan bahwa proses bimbingan dan konseling juga harus berlangsung sepanjang hayat. Kesepanjang hayatan ini juga tidak dipungkiri juga pada tahapan pendidikan.
http://muslimfamilyservices.org/site/index.php

            Konselor harus mampau mengidentifikasi berbagai kebutuhan bimbingan dan konseling pada setiap  Jalur, jenis dan Jenjang Pendidikan yang ada. Kebutuhan bimbingan mungkin akan berbeda antara jenis yang satu dengan yang lain, antara jenjang yang satu dengan yang lain dan antara jalur yang satu dan yang lainnya. Misalnya Konselor bukan saja harus mampu membedakan antara kebutuhan di SD dengan di SDLB atau antara SMP dengan MTs. Konselor juga harus jeli melihat kebutuhan antara SD yang satu dnegan yang SD yang lain meskipun jenisnya sama namun kebutuhan bimbingan dan konseling antara keduanya memiliki perbedaan. Ketidakmampuan konselor untuk mengidentifikasi kebutuhan yang ada akan menghambat tercapinya pendidikan yang bermutu yang dicita-citakan.
Dengan demikian jelaslah bahwa bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan kehadirannya dalam berbagai  latar pendidikan baik dipandang berdasarkan jalur, jenjang maupun jenisnya. Konselor harus mendapatkan berbagai pelatihan dan pendidikan yang mempuni agar ia mampu menjalankan profesinya secara bprofesional dan cita-cita pendiikan nasional yang digadang gadangkan semua pihak dapat tercapai.





[1] Lihat Q.S Al-Baqarah, 2 : 30.
[2] Achmad Juntika Nurihsan. Bimbingan dan Konseling Dalam Berbagai Latar Kehidupan. (Bandung: Refika Aditama, 2010). Hlm. 3
[3] Ibid. Hlm. 3-4
[4] Kementrian Pendidikan Nasional. Lampiran IV Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A tahun 2013 Tentang implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran. (Jakarta: Tidak diterbitkan).
[5] Jess Feist dan Gregory J. Feist. Teori Kepribadian: Theories of personality. Buku 1 Edisi 7. (Jakarta: Salemba Humanika, 2012)  Hlm. 295 

0 komentar:

Posting Komentar