Masalah, Sesuatu yang mendengarnya saja kita sudah malas. |
Mindset Kita Tentang Masalah
Apa
yang terpikir dalam benak kita ketika mendengar kata masalah? Mungkin, kamu
langsung berpikir tentang kasus, kondisi buruk, kesialan, kegagalan dan seluruh
stigma negative lainnya. Atau justru kita juga berpikir untuk menghindar,
membuang, jangan mencarinya, serta berusaha melupakannya? Hal ini wajar ada
dalam pikiran, karena pada dasarnya tertanam dalam pikiran bahwa kita mencari
hidup yang bahagia, mencari hidup yang penuh kedamaian, dan penuh dengan
kesenangan. Semua itu seolah menandaskan bahwa hidup yang demikian adalah “hidup
yang tidak bermasalah”.
Ketika mendengar lontaran kata “waduh siap-siap sengsara kamu, masalah ini” atau ucapan
“kamu kok cemberut, pasti sedang ada masalah ya?” seolah artinya masalah selalu
menimbulkan kesedihan dan menghadapkan kita pada hidup yang penuh dengan
kemuraman. Padahal jika kita sadari, berapa besar kemungkinan ada manusia di
dunia ini yang tidak punya masalah? Saya pikir hanya 1 X 10-1000000000000
% orang yang tidak memiliki masalah (alias nyaris TIDAK ADA, ya kalau ada ya
pasti mereka yang sudah tidak lagi menjadikan hidup sebagai masalah atau dengan
kata lain memiliki gangguan/sakit jiwa yang parah—insanity). Jadi, jika
kita memiliki masalah kenapa mesti khawatir, toh bermiliar penduduk bumi yang
lain juga memiliki masalah bukan? Bukan hanya kamu satu-satunya, ya gak?
Lalu
sebenarnya apa sih masalah itu? kalau kita melirik-lirik KBI, masalah diartikan
dengan soal; persoalan; sesuatu yg harus diselesaikan (dipecahkan) (2008: 991).
Jadi KBI melihat masalah sebagi sesuatu yang harus diselesaikan (kalau
dipecahkan rasanya gimana gitu, soalnya nanti kalau pecah makin banyak tuh
masalah, hehe). Cambridge (2009) melihat masalah (problem) sebagai a
situation, person or thing that needs attention and needs to be dealt with or
solved (satu situasi, orang, atau hal yang perlu perhatian perlu dihadapi
atau diselesaikan). Nampaknya Cambridge dan KBI sepakat melihat masalah sebagai
sesuatu yang harus diselesaikan. Lah ko berlawanan dengan pendapat penulis yang mengatakan masalah membawa keuntungan? Eh jangan menyimpulkan terlalu dini (Prejudgment)
gak baik lo, nanti infonya sepotong-sepotong Lo Wew.
Penulis juga
sepakat lo kalau masalah harus dientaskan atau diselesaikan (bukan dipecahkan
ya, hehe maksa Mode ON), namun sebelum diselesaikan mengelola masalah akan
membawa banyak keuntungan. Namun yang perlu diluruskan dalam
melihat masalah adalah, jangan merasa bahwa kamu adalah orang yang paling
bermasalah (menurut anak kekinian “JANGAN ALAY”), please jangan sesekali
mengklaim masalah adalah milik kamu seorang, nanti yang lain bisa gak kebagian
lo, kasihan kan kalau gak kebagian. Yang kedua masalah bukan untuk dijadikan penghadang
kamu, ingat masalah ada untuk dientaskan dan diselesaikan, kalau kamu
menjadikan masalah sebagai suatu penghadang dan penghalang, artinya kamu sudah
durhaka sama Kamus Bahasa Indonesia dan durhaka sama Cambridge, yang
jelas-jelas mereka bilang masalah ada untuk diselesaikan, masih berani kamu
nentang kamus? Yang ketiga masalah jangan lantas menjadikan hidup kamu bak gloomy
Sunday tapi mari kita lihat sisi uniknya. Nah untuk point terkahir, penulis
masih akan jelaskan dalam 6 SKS ya hehe. Jadi sabar untuk terus membaca tulisan
ini sampai akhir (INGAT, orang sabar jidatnya lebar. Eh salah orang sabar
disayang pacar, hehe).
Mari Berinvestasi dengan Maslah, makin banyak maslah makin untung. |
Sebelum kita
membahas kenapa masalah membawa keberuntungan. Penulis memiliki satu kutipan
tentang kondisi insanity yang sebelumnya sedikit disinggung di atas
(Coba di intip paragraph 2). Pengertian ‘Gila’ dalam Kacamata Psikologi Klinis Gila
(insanity) merupakan istilah hukum yang mengidentifikasi bahwa
individu secara mental tidak mampu mengelola masalah-masalahnya atau melihat
konsekuensi-konsekuensi dari tindakan-tindakannya. Istilah ini merujuk
pada gangguan mental yang serius. Terutama penggunaan istilah ini
bersangkutan dengan pantas tidaknya seseorang yang melakukan tindak pidana
dihukum atau tidak. (Wiramihardja: 2009).
Nah kenapa
penulis memaparkan ini terlebih dahulu? Penulis sudah menyinggung bukan bahwa
kalau manusia tidak lagi memiliki masalah atau tidak mampu mengelolanya ia
berarti tergolong sebagai orang yang insanity atau gila dalam istilah awam
(lihat bagian yang di bold, itu kata ahli lo ya). Masalah ini hadir sebagai
test secara berkala kamu masih sehat gak mentalnya. Lah kalau kamu merasa gak
punya masalah terus dalam jangka waktu lama, waduh harus mulai waspada itu,
berarti kamu sudah lama tidak dicek kondis mentalnya tuh. Ini KEUNTUNGAN
YANG PERTAMA dari masslah ya. Masalah = Test kesehatan mental gratis secara
berkala, semakin sering kamu punya masalah semakin rutin deh kesehatan
mental kamu di cek. Semakin kamu sering menyelesaikan masalah, semakin
menandakan kamu orang yang sehat secara mental ya. Dengan begitu masalah
sekarang harus dilihat sebagai sebuah karunia dari Tuhan. Ko Karunia sih? Ya iyalah
kan masalah bahan test gratisan dari tuhan untuk cek kondisi mental kamu,
GRATISAN bukannya itu yang kita selalu cari. Bayangkan kalau kamu terus merasa
gak punya masalah, kamu kudu segera periksa ke ahli mental lo (berapa coba
biayanya kalau kamu periksa ke pakar atau ahli mental, yang jelas bukan hanya
RP. 500 atau Rp. 1000 Saja kan?).
Maslah adalah Test Gratis, dari Tuhan untuk Kita. |
Keuntungan berlipat lainnya jika kamu
berinvestasi dengan sering bermasalah (walah kaya promosi dan jualan masalah
ini haha) adalah kamu akan terus mengembangkan kecerdasan kamu. Kamu selalu
beroda bukan untuk minta kecerdasan? Ngaku deh mulai dari SD bahkan TK atau bahkan
dari kamu masih di dalam kandungan sampai dengan sekarang orang terdekat kita
dan bahkan kamu sendiri selalu berharap agar Tuhan memberikan kecerdasan, nah
sebagai jawaban Tuhan kasih deh kamu masalah supaya kamu cerdas. Bentar,
bentar, bentar, apa hubungannya masalah dengan kecerdasan? Penulis suka
mengada-ada nih? Eh siapa bilang mengada-ada, ini CIUS Lo.
Jika punya
masalah secara otomatis kita akan berusaha untuk menyelesaikan masalah itu (ini
kalau yang normal ya, kalau yang insanity penulis gak bahas lo ya). Om Freud sang
pakar Psikoanalisa bilang bahwa diri kita pada dasarnya memiliki insting. Tubuh
kita, (termasuk didalmnya kondisi mental) menuntut keadaan yang seimbang terus menerus. Tujuan
insting ya memang mencari keadaan yang seimbang pada tubuh (Alwisol, 2014:14),
sehingga insting orang normal ketika memiliki masalah tentu saja kembali
keadaan seimbang seperti sebelum ia memiliki masalah, alias berusaha mencari
solusi atas masalah. Pusing dengan penjelasannya? Singkatnya begini deh, kamu normal? (Jawab Ya,
jangan diam saja) kalau ya, lalu kamu dihadapkan dengan satu masalah, kamu secara
otomastis sebagai manusia normal akan berusaha menyelesaikan masalah tersebut, ya
karena memang insting manusia normal begitu adanaya, mencari kondisi seimbang
supaya tidak memiliki masalah.
Nah ini dia
point pentingnya, ketika kamu memiliki masalah, kamu akan berusaha mencari
penyelesaian masalah tersebut. Dan ketika kamu mencari penyelesaian, disini kecerdasan
kita bekerja. Bukan hanya kecerdasan secara kognitif, namun juga secara
afektif, dan psikomotorik. Sebut saja kamu punya masalah dengan orang tua
dimana kamu ingin beli HP baru (padahal seminggu lalu kamu baru beli HP),
disana pasti selaku manusia normal kamu akan mencari solusi bagaiaman agar masalah
kamu ini bisa diselesaikan. Ya secara kognitif, kamu mungkin memikirkan
bagaimana merancang kata, membangun suasana atau mencari hadiah yang paling
disenangi orang tua kamu (dalam rangka pendekatan). Lalu kamu mengelola
perasaan kamu supaya bisa meyakinkan bahwa kamu butuh HP yang jadi incaran
kamu, kamu menunjukan perasaan berharap, perasaan percaya diri, mengelola
keberanian, dan berbagai perasaan lainnya. Lah kamu juga pada saat yang sama
mengembangkan berbagai kondisi tubuh kamu untuk bergerak dan mengelola perilaku
yang memang tidak membuat orang tuamu curiga atau kehilangan feel (bahaya
kalau kehilangan feel, yang ada kamu disemprot duluan kan). Nah disanalah
kecerdasan kamu di kelola. Contoh tadi hanya CONTOH, bukan untuk di uji coba di
rumah ya hehe.
Ketika kita
dihadapkan dengan masalah otak kita berpikir, emosi kita dikelola, dan perilaku
kita dikontrol. Jika semuanya berjalan dengan baik berarti kamu lulus test
(Ingat Masalah = Test kesehatan mental). Namun jika tidak you are failure.
Berjalan dengan baik tidak harus kamu goal ya dalam setiap keinginan yang kamu
anggap masalah. Namun lulus test dalam arti terselesaikan masalaha dapat berupa
kesadaran kamu akan pandangan baru tentang masalah tersebut. Misalnya dalam masalah
HP tadi, terselesaikan bukan berarti jika dan hanya jika kamu dapat HP baru, namun juga
bisa berupa kamu memiliki kesadaran bahwa HP yang kamu miliki juga belum
terlalu buruk dan kamu masih bisa optimalkan pemakainannya (yaiyalah kan baru semingu dibeli). Jadi ingat masalah
membawa KEUNTUNGAN KEDUA berupa pengelolaan berbagai kecerdasan dalam
diri.
Karena Masalah, aku Semkain Cerdas. |
Masalah yang
kita hadapi juga ternyata membawa keuntungan lain, yaitu kita belajar untuk
lebih dewasa. Kamu sering risih kan jika kamu masih dianggap sebagai anak-anak,
bahkan kamu sering mendeklarasikan diri dengan kata-kata “AKU SUDAH DEWASA MAM”,
sebagai upaya kamu meyakinkan bahwa ankanya ini sudah dewasa lo. Nah deklarasai
semacam itu ternyata tidak terlalu efektif Friends. Coba kamu sendiri
bayangkan ada dua teman kamu yang satu bilang bahwa dia bisa naik motor, eh
nyatanya pas jalan langsung guling-guling cowboy, dan teman satu lagi tidak
bilang apa-apa namun dia menjalankan motor dan menunjukan bahwa dia memang bisa membawa motor, mana yang akan kamu percayai?
Yang kedua bukan, begitupun orang tuamu Friends, percuma jika kita bilang bahwa
kita SUDAH DEWASA kalau nyatanya dalam pandangan orang tua kita, kita masih
belum mampu menyelesaikan masalah sendiri.
Mana mungkin,
orang tua mau percaya kita sudah dewasa, kalau kamu mau berangkat ngampus atau
sekolah, kamu masih tanya dimana kaos kakimu, dimana bukumu, dimana tasmu. Lah yang kuliah/sekolah siapa sih, Mamah kamu? Hal-hal sepele seperti itu
juga masalah loh friends, masalah sehari-hari (daily problems). Yang sepele
seperti itu aja kamu bingung, lah bagaiamna orang tua percaya kepada kamu untuk
menyelesaikan masalah kehidupan yang lebih besar yang mungkin menghadang
seperti badai berhalilintar ditengah malam yang gelap gulita sunyi sepi sendiri
(HAITS GUBRAK). Dengan masalah kita diajarkan untuk lebih bersikap dewasa, untuk belajar mengelola konflik, untuk belajar memanajemen diri, dan juga
belajar menngontrol diri. Ketika kamu punya masalah, harusnya kita langsung
senang, karena kita memiliki kesempatan untuk menunjukan bahwa aku sudah
dewasa. Ini KEUNTUNGAN KETIGA dari masalah.
STOP katakan "AKU SUDAH DEWASA", Cukup buktikan saja. |
KEUNTUNGAN
KEEMPAT sebagai tambahan point adalah
dengan masalah kita jauh lebih dapat bersyukur atas segala keadaan dan nikmat
yang kita dapat dari Tuhan. Kamu tentu pernah mendengar bahwa setelah badai
berlalu, hari yang cerah atau pelangi yang indah siap menanti kamu. Nah itu
ibarat hidup dengan masalah Friends, setelah masalah usai dan kamu bisa
menyelesaikannya maka kebahagiaan siap menanti kamu. Coba kamu ingat deh, kamu
tentu pernah punya masalah dengan teman ya gak? Namun sadar atau tidak, setelah
kita menyelesaikannya dengan baik, kamu akan jauh lebih akrab denga teman kita
itu. Teman kamu bahkan akan mengatakan kita sudah melalui senang, sedih, kita
sudah belajar saling memahami, saling mengerti, kita belajar mengalah dan menerima
satu sama lain jadi dia akhirnya menyimpulkan “You are my best friend”. So, inilah keuntungan dari
masalah, kamu jauh akan merasakan sesuatu lebih berharga jika kamu pernah memiliki
something wrong sebelumnya. Kenikmatannya berganda kalau orang bilang
hehe. Kita tahu arti senyuman begitu nikmat karena kita tahu rasanya kesedihan
dalam tangisan. Kita tahu indahnya pertemanan karena kita pernah meraskan
betapa tidak nikmatnya kesendirian. So kenapa harus takut untuk bermasalah,
(Tapi ya jangan juga minta banyak masalah dalam DOA hehe, takut dikasih banyak
lalu GUMOH).
Alhamdulillah, Aku Punya Masalah. |
Segitu aja dulu
ya keuntungannya masalah bagi hidup kita, ya kalau dijabarin nanti SKS nya bisa
nambah 6 SKS lagi hehe. Intinya dibalik masalah masih ada sisi positif yang
kita bisa dapatkan, tinggal kamu jeli kaya CONAN untuk melihat sesuatu hikmah dibalik masalah. Masalah harus dijadikan sebagai sarana perbaikan diri,
ya itung-itung test berkala dan service mental gratis lah ya. Kita jangan
berlarut-larut dalam masalah kalau kamu memang merasa tidak dapat
mengentaskannya sendiri, KONSELOR SIAP MEMBANTU KAMU. KAMU BERMASALAH, KONSELOR adalah SAHABAT TERBAIK. Yang penting kita
jangan sampai gagal dalam menghadapi maslah, kita harus survive dan
melewatinya dengan elegan. So mari kita semangat kawan, apapun masalahnya
kita teriakan “MASALAH, NO PROBLEM” (kalau diartikan lucu, masalah, tidak masalah, hihi) , ya gak Friends. (A. Yunus- BK UHAMKA-
Jakarta: onlyayus@gmail.com).
Refrensi:
Tim Penyususn Pusat
Bahasa. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Cambridge.
2009. Cambridge Advanced Learner’s Dictionary. Singapore: Cambridge University Press.
Wiramihardja,
Sutardjo. 2009. Pengantar Psikologi Klinis (Edisi Revisi). Bandung:
Refika Aditama
Alwisol. 2014. Psikologi
Kepribadian Eds. Revisi. Malang: UMM Press.
Ibrahim, Marwah
Daud. 2003. Mengelola Hidup merencanakan Masa Depan. Jakarta: MHMD
Production.